Rabu, 05 Oktober 2011

"LOVE, 30 DAYS"

BAB 2
 MY FIRST TIME

BANDARA INTERNASIONAL SUKARNO HATTA, Tangerang.
Jam 04:00 p.m


       Akhirnya Albert dan Nyonya Adelle sampai juga di Jakarta setelah sebelumnya menghabiskan waktu sekitar 12 jam di atas udara. Perjalanan yang cukup melelahkan dan menguras tenaga. Namun semua itu terbayar lunas manakala mereka mendapatkan sambutan hangat dari sanak keluarga yang sejak pukul 01:30 p.m menunggu di bandara. Pelukan demi pelukan diperoleh Albert dan Nyonya Adelle, semua orang terlihat bahagia sekali sore ini. Maklum, sudah tiga tahun semenjak kepergian Tuan Rahadian mereka berdua baru bisa menyempatkan diri berkunjung ke Indonesia hari ini, rencananya Albert dan juga Nyonya Adelle akan menghabiskan waktu sekitar satu minggu di rumah mereka yang berada di sebuah kawasan komplek perumahan elite Panta Indah Kapuk.
Setelah selesai berbasa-basi sekedar melepaskan kekangenan yang mereka rasakan karena sudah lama tidak berjumpa, mobil mewah berwarna hitam yang dikendarai Pak Bagus, sopir keluarga Tuan Rahadian meluncur  dengan kencang  diiringi beberapa unit mobil keluarga besar yang ikut ke rumah Albert dibelakangnya, rumah itu merupakan peninggalan paling berharga dari ayahnya. Karena di rumah tersebut Albert dilahirkan.
‎"Hmmm, home sweet home!" bisik Nyonya Adelle pelan, dia tidak sadar jika Albert mendengar perkataannya.
"You're right, Mom. I'm with you."
Nyonya Adelle tersipu malu saat mendengar jawaban dari putra semata wayangnya itu.
Perlahan mereka melangkahkan kaki, menyusuri setiap sudut ruangan yang terlihat bersih dan nyaman.
"Tidak ada yang berubah di sini," ungkap Albert seolah-olah meminta pendapat ibunya.
"Kamu benar, Swety. Penjaga rumah kita bekerja dengan baik," balas Nyonya Adelle seraya merebahkan tubuh lelahnya di atas sofa.
"Nanti malam Uncle mu akan datang ke rumah ini, katanya dia mau mengajak kamu jalan-jalan keliling Jakarta."
Albert langsung menghampiri sang ibu seraya mengungkapkan ketidak percayaannya, "Are you sure, Mom?"
"Yup, I'm sure about it, because your uncle isn't a lier, he he he," jawab Nyonya Adelle diiringi senyumannya yang anggun.
" He he he," Albert membalas ucapan sang bunda dengan senyuman kecil. Kemudian dia meminta izin untuk tidur karena rasa kantut dan lelah mulai menyergap di sekujur tubuh pemuda ini.
"Okay, I'll let you go."
Perlahan Albert masuk ke dalam kamar, sementara itu Nyonya Adelle kembali berkumpul di ruang tamu bersama keluarga besar yang terus berdatangan.
"Hmmm, di sini panas sekali. Padahal AC menyala," keluh Albert seraya melepaskan satu persatu pakaiaannya. Setelah itu dia langsung berbaring di atas kasur lantai, alunan musik bergenre Jazz terdengar merdu mengantar Albert ke alam mimpi indahnya.

***

"Hallo, wake up my handsome boy!" seseorang membangunkan Albert seraya mengguncang-guncangkan tubuh atletis pemuda tampan ini. Orang tersebut tak lain adalah Uncle Prasetya.
Perlahan Albert bangkit diiringi uapan panjang, "Uaah...!"
Lalu dia mengucek mata. Setelah rasa kantuknya berkurang, Albert masuk ke dalam toilet untuk mencuci muka, dia merasa sedikit heran karena tidak melihat siapa pun di dalam kamar kecuali dirinya. Akan tetapi perasaan heran yang dia rasakan itu terjawab saat seseorang menepuk bahunya dari belakang.
"Uncle Prasetya?"
"Yeah, this is me!" jawab pemuda berumur 40 tahunan ini seraya tersenyum bahagia karena rencananya membuat kejutan berjalan dengan lancar.
"Oh my God, I miss you so much!" sahut Albert setengah berteriak, dia terlihat senang sekali.
"And so do I, boy!" jawab Unle Prasetya, kemudian mereka saling berpelukan cukup lama sebagai ungkapan dari perasaan kangen yang melanda selama ini.
Uncle Prasetya adalah sosok paman yang baik, pengertian, perduli dan penyayang. Dulu sewaktu Albert tinggal di Jakarta, dia lah satu-satunya adik Tuan Rahadian yang sering melongok dan mengajak Albert bermain. Tak heran jika mereka berdua sangat dekat.
‎"Hmmm, sepertinya Uncle mencium bau orang yang belum mandi disini, he he he," goda Uncle Prasetya seraya tertawa kecil.
"He he he, yeah, sorry, I've not taken a bath. But, I'll do it now!" jawab Albert dengan aksen baratnya yang kental. Meskipun dia mampu berbicara Bahasa Indonesia dengan baik, tetap saja lidahnya sedikit kesulitan menyesuaikan diri dengan bahasa yang satu ini.
"That's good, Uncle akan mengajakmu jalan-jalan, mau ikut kan?"
"Sure I will. I've known about it from Momy before," terang Albert, kemudian dia meraih handuk berbentuk kimono yang tergantung di dalam lemari pakaiiannya dan bergegas masuk ke kamar mandi, sementara itu Uncle Prasetya menghidupkan televisi dan menonton acara TV yang sangat dia sukai.
Kali ini Albert tidak menggunakan air hangat untuk mandi, karena menurutnya udara di Jakarta sangat panas. Perlahan tetes demi tetes air sejuk menyentuh tubuhnya, menghilangkan kegerahan yang ia rasakan, lima belas menit kemudian Albert keluar dari dalam kamar dengan menggunakan handuk berbentuk kimono berwarna biru, Uncle Prasetya menatap keponakan tampannya itu penuh arti. Namun Albert tidak menyadari hal tersebut. Bahkan tanpa ada rasa canggung sedikitpun dia melepaskan handuk yang ia kenakan, dengan demikian Uncle Prasetya bisa bebas memandangi dada Albert yang bidang dihiasi bulu-bulu halus berwarna hitam dan perut sixpacknya, karena saat itu Albert hanya mengenakan celana dalam.
"Hmmm, you have a sexy body!" puji Uncle Prasetya seraya menghapus peluh yang bercucuran dari pori-pori kulitnya.
"Really? Thank you very much, you too my Uncle, you are the most handsome lndonesian I have ever met, he he he!" balas Albert sambil mengenakan t-shirt polos berwarna putih. Setiap lekuk tubuhnya tercetak rapih dibalik balutan pakaian tersebut.
"Ah, kamu bisa saja!" ujar Uncle Prasetya dengan wajah memerah.
"Saya tidak berbohong, Uncle. I'm serious now," sergah Albert meyakinkan pamannya yang terlihat semakin aneh.
"Thanks, Kiddy!" ucap Uncle Prasetya seraya berjalan mendekati Albert yang sedang asyik merapikan rambut.
Tiba-tiba bujang lapuk ini memeluk tubuh keponakannya dari belakang disusul dengan kecupan hangat yang didaratkan di daerah leher. Albert menggelinjang kaget sambil bertanya heran, "What are you doing with me, Uncle?"
"Sorry, Kiddy. I didn't mean to hurt you, please give me your pardon!" ungkap Uncle Prasetya sedih.
"Hmmm, okay. Forget it!" balas Albert  dingin.
‎"Kamu marah ya?" tanya Uncle Prasetya khawatir.
"Slow down man, saya tidak marah kok," sergah Albert.
"Let's go now!" tambahnya seraya mengayunkan langkah kaki. Kemudian Uncle Prasetya mengikuti dari belakang.
"Hi, everybody here!" sapa Albert ramah, semua sanak keluarga yang saat itu tengah asyik bercengkrama pun berhenti sejenak karena terpana melihat penampilannya yang sangat menawan.
Nyonya Adelle tersenyum melihat tingkah Albert yang aneh.
"Hi, handsome and cute boy!" balas Tante Anggun centil, Albert semakin salah tingkah saja.
"Thanks Aunty!"
"You're welcome, dear!"
Sepertinya Uncle Prasetya mengerti jika Albert ingin segera pergi dari rumah yang penuh dengan saudara itu.
"Okay, then. We have to go now, see you later all, bye !"
"See you, bye!" jawab mereka serempak.
"Wait a minute, Prasetya!" ucap Nyonya Adelle setengah berteriak.
"What's up?" tanya Uncle Prasetya heran.
"Bawa pemuda tampan ini ke tempat yang belum pernah dia kunjungi !"
"Ha ha ha, sure I will !" jawab Uncle Prasetya seraya tertawa kecil.
Kemudian mereka pergi meningggalkan rumah megah itu dengan menggunakan mobil milik Uncle Prasetya, ia juga yang mengendarai mobil tersebut.
"Hmmm, Kiddy. What do you think about Bertha?" tanya Uncle Prasetya membuka percakapan.
Albert mengerutkan keningnya dan tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Mungkin dia sedang mencari jawaban yang tepat agar sang paman merasa senang. Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya dia membeberkan apa yang berada di benaknya, "In my opinion, she is a beautiful woman, smart, and rich, ha ha ha!"
"Be honest please!" pinta Uncle Prasetya, sementara tangannya asyik mencengkram stir mobil.
"Saya berbicara yang sebenarnya, Uncle."
"I doubt about it, he he he!" sela Uncle Prasetya dengan mimik wajah yang lucu.
"Yup, soalnya saya tidak berani bilang jika Bertha terlalu muda untuk dijadikan istrimu. Oops, sorry. Hi hi hi" goda Albert polos.
"What? Would you like to repeat it again?"
"Ha ha ha, I can't hear your voice. Would you like to repeat it again?" Uncle Prasetya tak mampu menahan tawa setelah mendengar ucapan sepupunya. Dia tertawa terbahak-bahak.
‎"Stop it please!" pinta Albert karena dia merasa geli dengan gelitikan sang paman yang baik hati itu.
Mereka berdua terus berkelakar di sepanjang perjalanan menuju ke tempat spesial yang dijanjikan Uncle Prasetya . Mobil Avanza itu melaju dengan kecepatan tinggi, suara musik disko pun berbunyi cukup kencang, mengajak Albert dan Uncle Prasetya untuk menggoyangkan badan.

***

Puncak, Cianjur, Jawa Barat.

"Kring.... kring.... kring.... !!" alarm yang di setel pada handphone blackberry milik Uncle Prasetya berbunyi nyaring membangunkan tidur Albert yang lelap, perlahan dia membuka kelopak matanya, melemparkan pandangan ke setiap sudut ruang kamar yang begitu asing.
"Where am I?" gumam Albert heran. Dia juga kaget saat mendapati tubuhnya telanjang bulat, begitu pula dengan Uncle Prasetya. Tatto berbentuk naga menghiasi dada adik Tuan Rahadian ini. Beruntung saat itu tubuh Albert berada di balik selimut tebal sehingga dia bisa menutupnya.
"What's going on?" bisik pemuda tampan ini dengan wajah bingung, kemudian dia melihat handycam yang tergeletak di atas sofa, tepat di atas lantai juga berserakan pakaiaan mereka berdua. Albert langsung bangkit dan memburu celana dalam, celana jeans serta baju t-shirt yang tadi malam ia pakai. Tanpa membuang banyak waktu, Albert langsung mengenakan kembali pakaiannya. Sementara itu, Uncle Prasetya masih tertidur pulas seraya mendengkur cukup kencang. Ternyata handycam itu masih menyala, perlahan Albert memutar video yang berhasil terekam lensanya.
"It's impossible, ini tidak mungkin terjadi !" bisik Albert setengah tidak percaya. Tangannya bergetar diiringi detak jantung yang berdegup kencang. Tanpa membuang-buang waktu lagi dia berusaha menghapus video berisi adegan panasnya dengan sang paman. Namun sial, benda tersebut mati sebelum Albert berhasil menyingkirkan video yang bersifat pribadi itu.
"Aw, shit! What's the matter with you?!" gerutu Albert kesal sambil mengguncang-guncangkan handycam tersebut. Kemudian Albert masuk ke dalam toilet dan melepas kembali pakaiaannya. Di balik cermin yang terpasang di depan bak mandi itu dia bisa melihat dengan jelas beberapa bagian tubuhnya yang berwarna merah, seperti di bagian dada, paha dan perut. Albert benar-benar kecewa terhadap Uncle Prasetya.
"Why did you do it?" Ucap Albert sedih.
‎"Kenapa Uncle tega melakukan semua ini kepadaku? Kenapa? Bukankah dia lelaki normal?" tak henti-hentinya perang batin terjadi, sejuta pertanyaan pun mencerca di dalam benak pemuda berbibir seksi ini. Setelah selesai mandi, Albert keluar dari kamar, dia melihat pemandangan indah terpampang di hadapannya.
"Where am I? I think I've never come to this place before," ucap Albert dengan mata terbelalak.
"Sekarang kamu berada di Villa Uncle, Puncak, Cianjur, West Java," tiba-tiba saja Uncle Prasetya datang mendekati Albert yang sedang berdiri di balkon kamar.
"Morning, Kiddy!" tambahnya.
"Morning, hmmm, Puncak?"
"Yeah, semalam kamu mabuk berat. Uncle tidak berani membawamu pulang ke rumah, untuk itu Uncle berinisiatif membawamu ke mari, then...." Uncle Prasetya tidak melanjutkan percakapannya.
"Then what?" tanya Albert pura-pura tidak tahu.
"Ah, forget it!"
"Why?"
"Hmmmmm, kita ML semalam," jawab Uncle Prasetya dengan nada khawatir.




4 komentar: